The Conquest of Happiness (1930) Karya Bertrand Russell: Apa Saja Penyebab Kebahagiaan dan Ketidakbahagiaan? Cara Berpikir, Cara Bertindak, Kebiasaan, Lingkungan, Sistem Sosial, serta Kebijakan Seperti Apa yang Dapat Mendukung Terciptanya Kebahagiaan?

Menjadi bahagia dapat diupayakan melalui cara berpikir, cara bertindak, dan kebiasaan yang tepat serta lingkungan, sistem sosial, dan kebijakan publik yang mendukung terciptanya kebahagiaan. Esai ini akan menguraikan apa saja penyebab kebahagiaan dan ketidakbahagiaan serta bagaimana agar kita bahagia menurut Bertrand Russell dalam bukunya The Conquest of Happiness (1930)

Hafizhurrahman
12 min readMar 13, 2024

Kerangka berpikir seperti yang terlihat pada diagram di atas merupakan uraian penalaran yang disarikan dari buku The Conquest of Happiness (1930) karya Bertrand Russell yang memaparkan tentang penyebab-penyebab yang dapat mengakibatkan seseorang menjadi bahagia dan tidak bahagia.

Sebagaimana runtutan alur yang disusun oleh Bertrand Russell dalam bukunya The Conquest of Happiness, utas ini akan kita mulai dengan membahas beberapa penyebab ketidakbahagiaan sekaligus tanggapan terhadapnya, kemudian kita lanjut membahas mengenai beberapa penyebab kebahagiaan.

(1) Penyebab Ketidakbahagiaan Pertama: Pandangan/Keyakinan bahwa Seluruh Kehidupan Ini adalah Sia-Sia, Percuma, Tidak Bermakna, Tidak Berguna, Tidak Bertujuan, All Is Meaningless.

Bagian paling pertama ini argumennya cukup panjang dan dalam, namun ia dapat dibantah dengan mudah.

1.1 Kita hanyalah debu di alam raya ini. Semesta tidak peduli apakah kita ada atau tiada, keberadaan dan ketidakberadaan kita tidak penting, tidak berarti apa-apa. Kita tidak terlahir di bumi dengan tujuan apapun. Dan kehidupan yang kita jalani juga tidak memiliki tujuan apa-apa.

1.2 Kematian adalah suatu kejadian yang pasti terjadi dan pasti dialami oleh setiap diri manusia yang hidup.

1.3 Tidak ada satu orang pun yang dapat melarikan diri dari kematian. Cepat atau lambat, kita semua pasti akan menjumpai kematian dan kehidupan kita pasti akan berakhir.

1.4 Ketika kita mati, maka kita akan menuju pada ke-tiada-an (nothing-ness). Inilah akhir dari segalanya.

1.5 Dengan masuknya kita ke dalam ketiadaan ini, maka keber-ada-an (existence) kita selama hidup di dunia menjadi lenyap dan menghilang, tidak ada lagi jejak yang tersisa.

1.6 Di hadapan kematian, seluruh aktivitas, kerja keras, dan perjuangan yang pernah kita lakukan dan seluruh prestasi serta pencapaian yang pernah kita peroleh selama hidup di dunia ini lenyap ke dalam ketiadaan. Gak ada bedanya kita dengan orang yang gak pernah lahir ke dunia.

1.7 Semuanya ini menjadi tidak ada artinya sama sekali, semuanya menjadi sia-sia, semuanya menjadi percuma. All is meaningless. All is nothing.

Dari poin 1.1 sampai 1.7 ini membuat sebagian orang menjadi tidak bahagia karena mereka merasa kehilangan tujuan dan antusiasme hidup.

(A) Tanggapan terhadap Pandangan/Keyakinan bahwa Seluruh Kehidupan Ini adalah Sia-Sia, Percuma, Tidak Bermakna, Tidak Berguna, Tidak Bertujuan, All Is Meaningless.

Well, sekarang coba kita periksa penyebab ketidakbahagiaan pertama, ya! Apakah meraih kebahagiaan menjadi mustahil?

A.1 Ketiadaan tujuan hidup dan kebahagiaan saat menjalani kehidupan adalah dua hal yang terpisah dan keduanya tidak harus saling mempengaruhi satu sama lain.

A.2 Jadi, terlepas dari apakah seseorang memiliki atau tidak memiliki tujuan hidup, orang tersebut tetap dapat bahagia.

A.3 Orang-orang yang memiliki tujuan hidup dapat merasakan kebahagiaan, begitupun juga dengan orang-orang yang tidak memiliki tujuan hidup.

A.4 Orang-orang yang memiliki tujuan hidup dapat merasa tidak bahagia, begitupun juga dengan orang-orang yang tidak memiliki tujuan hidup.

A.5 Terlepas dari apakah hidup ini tidak memiliki tujuan, tidak bermakna, sia-sia, percuma, ada banyak hal yang dapat membuat kita bahagia, misal: menikmati kegiatan sehari-hari yang sederhana; menikmati keindahan alam dan seni; melakukan hobi; menikmati makanan kesukaan; dll.

A.6 Jika kehidupan ini tidak memiliki tujuan apapun, maka setiap orang dapat bebas untuk menentukan tujuan hidupnya masing-masing. Bukankah menyenangkan jika kita bebas menentukan tujuan hidup kita sendiri, bebas memilih apapun sebagai tujuan?

So, meraih kebahagiaan itu mungkin.

(2) Penyebab Ketidakbahagiaan Kedua: Persaingan yang Membuat Seseorang Menjadi Tidak Peka Bahkan Melupakan Hal-Hal Sederhana yang Dapat Menjadi Sumber Kebahagiaan dan Persaingan yang Membuat Seseorang Menganggap bahwa Kebahagiaan Hanya Dapat Diperoleh Ketika Tujuan Telah Diraih.

2.1 Sebagian orang memiliki keyakinan bahwa mereka akan bahagia hanya ketika tujuan yang sedang mereka incar telah berhasil mereka raih. Dengan kata lain, mereka menjadikan sumber kebahagiaan mereka hanya terletak di apakah tujuan yang ditentukan telah sukses dicapai atau tidak.

2.2 Sebagian orang menilai kualitas diri mereka sendiri berdasarkan sejauh mana tujuan yang sedang mereka sasar telah berhasil mereka gapai. Ketika mereka sukses mencapai suatu tujuan, mereka menilai diri mereka sebagai seseorang dengan kualitas yang baik/tinggi, dan sebaliknya.

(B) Tanggapan terhadap Persaingan yang Tidak Tepat dan Tidak Mendukung Terciptanya Kebahagiaan.

B.1 Jadi gini! Keberhasilan/kesuksesan seseorang dalam mencapai suatu tujuan dan kebahagiaan adalah dua hal yang terpisah dan keduanya tidak harus saling mempengaruhi satu sama lain.

B.2 Sehingga, terlepas dari apakah seseorang telah berhasil/sukses atau gagal dalam meraih tujuannya, orang tersebut tetap dapat meraih kebahagiaan.

B.3 Orang-orang yang berhasil/sukses meraih tujuannya dapat merasa bahagia, begitupun juga dengan orang-orang yang tidak berhasil.

B.4 Orang-orang yang berhasil/sukses meraih tujuannya dapat merasa tidak bahagia, begitupun juga dengan orang-orang yang tidak berhasil.

B.5 Kebahagiaan dapat dirasakan ketika sedang berproses menuju suatu tujuan, tidak harus setelah tujuan tersebut tercapai baru dapat bahagia.

B.6 Terdapat hal-hal kecil dan sederhana di sekitar kita yang dapat menjadi sumber kebahagiaan, dan kita perlu menjadi peka terhadap hal-hal kecil dan sederhana ini.

B.7 Kualitas/mutu diri seseorang tidak dipengaruhi oleh seberapa jauh ia telah berhasil/sukses meraih tujuannya.

B.8 Orang yang berhasil/sukses meraih tujuannya memiliki kualitas diri yang baik, begitupun juga mereka yang gagal.

Well, sejauh ini kesimpulannya: Terlepas kita punya tujuan hidup atau nggak, punya arah hidup yang jelas atau nggak, sukses atau nggak, kita tetap dapat bahagia.

(3) Penyebab Ketidakbahagiaan Ketiga: Kebosanan (Rasa Jenuh).

3.1 Kebosanan (rasa jenuh) adalah keadaan di mana seseorang merasa kekurangan/kehilangan minat/gairah/semangat/antusiasme untuk melanjutkan apa yang sedang ia lakukan/kerjakan.

3.2 Kebosanan merupakan hal yang alami.

3.3 Kebosanan dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya: kegiatan yang dilakukan sifatnya monoton, rutin, itu-itu saja; kegiatan yang dilakukan tidak menantang; dll.

3.4 Kebosanan yang dialami oleh seseorang tidak jarang membuat seseorang tersebut menjadi tidak bahagia.

(C) Tanggapan terhadap Kebosanan (Rasa Jenuh).

C.1 Kebosanan yang dialami oleh seseorang dan kebahagiaan merupakan dua jenis perasaan yang berbeda dan keduanya tidaklah harus saling mempengaruhi dan/atau saling meniadakan satu sama lain, mereka dapat terjadi bersamaan (coexist).

C.2 Terlepas dari apakah seseorang sedang mengalami kebosanan (jenuh) atau sedang bersemangat (bergairah), orang tersebut tetap dapat merasakan kebahagiaan.

C.3 Orang-orang yang sedang mengalami kebosanan, dapat merasakan kebahagiaan, begitu pula dengan mereka yang tidak bosan.

C.4 Orang-orang yang sedang mengalami kebosanan, dapat merasa tidak bahagia, begitu pula dengan mereka yang tidak bosan.

C.5 Kebosanan/jenuh tidak perlu ditakutkan, ia merupakan perasaan yang terjadi secara alami dan tidak serta-merta membuat seseorang menjadi tidak bahagia.

(4) Penyebab Ketidakbahagiaan Keempat: Kelelahan (Fatigue).

4.1 Kelelahan dapat diklasifikasikan ke dalam setidaknya dua kategori, yaitu kelelahan fisik (physical fatigue) dan kelelahan syaraf (nervous fatigue).

4.2 Dalam kadar tertentu kelelahan fisik dapat memicu kebahagiaan.

4.3 Kelelahan syaraf (nervous fatigue) disebabkan oleh emotional things (hal-hal yang berkaitan dengan perasaan) dan intellectual things (hal-hal yang berkaitan dengan nalar dan pikiran).

4.4 Emotional things contohnya seperti perasaan senang, sedih, takut, marah, cinta, dll.

4.5 Intellectual things contohnya seperti memahami suatu argumen, memeriksa validitas argumen, mengevaluasi kelemahan argumen, dll.

4.6 Perpaduan antara emotional dan intellectual things ini dapat menyebabkan syaraf kita tegang (nervous strain) dan membuat kita tidak bahagia.

(D) Tanggapan terhadap Kelelahan (Fatigue).

D.1 Kelelahan yang disebabkan oleh kegelisahan/kekhawatiran dapat diredam/dikurangi/dihilangkan/dihindari melalui berpikir secara tertib dan pada waktu yang tepat (orderly mind which thinks about a matter adequately at the right time).

D.2 Ada hal-hal yang dapat kita pertimbangkan (circle of concern).

D.3 Ada hal-hal yang dapat kita pengaruhi/kendalikan/usahakan (circle of influence).

D.4 Ada hal-hal yang dapat kita pertimbangkan dan pada saat yang bersamaan juga dapat dipengaruhi/dikendalikan/diusahakan.

D.4 Ada hal-hal yang dapat kita pertimbangkan/pikirkan, tapi hal-hal tersebut tidak dapat kita pengaruhi/kendalikan/usahakan.

D.5 Curahkan sumber daya kita (pikiran, tenaga, waktu, biaya, pengetahuan, dll) untuk mengupayakan hal-hal yang dapat kita pengaruhi/kendalikan/usahakan.

D.6 Ketika suatu kemalangan/malapetaka (misfortune) kemungkinan akan terjadi pada kita, pikirkan secara sadar apa dampak terburuk yang mungkin terjadi. Jangan alihkan/mendistraksi pikiran kita ke pikiran lain. Kita perlu menghadapi pikiran terkait kemungkinan terburuk tersebut.

D.7 Penyebab ketakutan ada yang rasional (masuk akal) dan ada yang sebenarnya kalo kita nalar dengan tajam dan sungguh-sungguh, ketakutan tersebut tidak rasional.

D.8 The proper course with every kind of fear is to think about it rationally and calmly, with great concentration.

(5) Penyebab Ketidakbahagiaan Kelima: Rasa Iri.

5.1 Iri adalah perasaan tidak senang atau cemburu terhadap apa yang dimiliki/dicapai oleh orang lain karena apa yang dimiliki/dicapai oleh orang lain tersebut merupakan sesuatu yang ia inginkan/impikan namun belum ia miliki/capai.

5.2 Sebagian orang membandingkan apa yang telah ia miliki/capai dengan apa yang orang lain miliki/capai, misal: membandingkan prestasi, pencapaian, dll.

5.3 Sebagian orang fokus pada apa yang telah dimiliki/dicapai oleh orang lain, bukan pada apa yang telah mereka miliki/capai.

5.4 Sebagian orang merasa tidak cukup/puas terhadap apa yang telah/sedang ia miliki.

5.5 Orang iri, alih-alih menikmati apa yang telah mereka punya/capai, mereka malah menderita melihat pencapaian orang lain yang menurut mereka lebih baik dari apa yang telah mereka miliki/capai.

(E) Tanggapan terhadap Rasa Iri.

E.1 Ketika kita merasakan kenikmatan/kepuasan saat berhasil memiliki/meraih sesuatu, jangan berpikir bahwa apa yang telah kita miliki/raih tersebut tidak semenyenangkan/senikmat/sepuas/sebaik keberhasilan yang dimiliki/diraih oleh orang lain.

E.2 Kebahagiaan kita tidak tergantung pada apa yang telah berhasil dimiliki/diraih oleh orang lain.

E.3 Jadi, terlepas dari apakah orang lain telah memiliki/meraih hal yang kita inginkan namun belum berhasil kita miliki/raih, kita tetap dapat merasakan kebahagiaan/kepuasan diri.

(6) Penyebab Ketidakbahagiaan Keenam: Perasaan Berdosa (Sense of Sin).

6.1 Dosa adalah suatu tindakan/perbuatan yang melanggar aturan/prinsip dari suatu agama/keyakinan.

6.2 Perbuatan yang termasuk ke dalam dosa dapat berbeda bagi suatu agama/keyakinan dan agama/keyakinan lain.

6.3 Dosa bagi suatu agama, belum tentu dosa bagi agama lain. Dan yang bukan dosa bagi suatu agama, belum tentu bukan dosa bagi agama yang lain.

6.4 Konsep dosa tidak ditentukan berdasarkan penalaran dan bukti (reason and evidence), namun ditentukan secara sepihak (arbitrary).

6.5 Seseorang yang berbuat sesuatu yang sejauh penalaran (reason) dan bukti (evidence) yang ia miliki perbuatan tersebut tidak membahayakan/merugikan dirinya dan orang lain, namun menurut agama yang ia hayati termasuk dosa, ia akan merasa bersalah (guilt) dan menyesal (remorse).

(F) Tanggapan terhadap Perasaan Berdosa (Sense of Sin).

F.1 Tidak seharusnya seseorang menderita perasaan bersalah dan menyesal atas perbuatan yang berdasarkan penalaran dan bukti perbuatan tersebut tidaklah menimbulkan bahaya/kerusakan/gangguan terhadap dirinya dan orang lain.

F.2 Penalaran dan bukti (reason and evidence) harus diutamakan dan harus menjadi dasar/fondasi dalam menentukan pandangan seorang individu terkait dunia (views of the world), etika (pandangan terkait apa yang baik dan yang buruk), dan kebiasaan dalam hidupnya (habits of life).

(7) Penyebab Ketidakbahagiaan Ketujuh: Paranoid terhadap Orang Lain dan Lingkungan Sekitar.

7.1 Paranoid adalah keadaan jiwa seseorang yang dipenuhi oleh perasaan takut dan curiga yang sifatnya tidak wajar dan berlebihan terhadap lingkungan dan orang lain di sekelilingnya.

7.2 Kecurigaan orang paranoid (yang meyakini bahwa ada orang lain atau sekelompok orang sedang merancang suatu rencana yang bertujuan untuk merugikan/membahayakannya) yang tidak didasari pada penalaran yang sahih dan bukti yang benar akan membuat orang ini menjadi tidak bahagia.

(G) Tanggapan terhadap Paranoid terhadap Orang Lain dan Lingkungan Sekitar.

G.1 Nilailah kemampuan/kelebihan (merits) diri kita secara akurat (most likely to be correct), tidak dilebih-lebihkan (overestimate).

G.2 Jangan berpikir bahwa perhatian orang lain terpusat pada kita.

G.3 Ingat poin D.4, dari hal-hal yang dapat kita pertimbangkan (circle of concern), terdapat hal-hal yang tidak dapat kita pengaruhi/kendalikan/usahakan (circle of influence).

G.4 Selalu gunakan nalar dan bukti agar penentuan kesimpulan kita terhadap suatu keadaan dapat akurat.

(8) Penyebab Ketidakbahagiaan Kedelapan: Takut terhadap Opini Publik (Pandangan Orang Lain terhadap Diri Sendiri).

8.1 Sebagian orang merasa takut/khawatir/gelisah terhadap apa yang sedang/akan dipikirkan oleh orang lain (baik yang ia kenal maupun tidak) tentang dirinya.

8.2 Sebagian orang memiliki pemikiran yang berbeda dari kebiasaan.

8.3 Ketika seseorang ingin menyuarakan pemikirannya atau melakukan suatu tindakan yang mana pemikiran/tindakan ini berlainan dengan kebiasaan, ada setidaknya tiga ketakutan yang muncul di dalam diri orang ini.

8.3.1 Orang ini takut orang-orang akan membenci dan memusuhinya.

8.3.2 Orang ini takut ia tidak akan mendapat keuntungan yang dapat ia peroleh seandainya ia mengikuti kebiasaan.

8.3.3 Orang ini takut mendapatkan perlakuan yang tak menyenangkan dari orang lain yang membencinya.

8.4 Akhirnya, orang dengan pemikiran berbeda dari kebiasaan ini menekan diri dan berusaha menyesuaikan dengan kebiasaan yang telah ada.

8.5 Orang ini terpaksa menjalani hidup dengan tidak autentik/asli.

8.6 Ketidakaslian diri dalam hidup membuat orang ini menjadi tidak bahagia.

(H) Tanggapan terhadap Takut terhadap Opini Publik (Pandangan Orang Lain terhadap Diri Sendiri).

H.1 Jika lingkungan kita tidak kondusif/mendukung untuk dapat mengekspresikan pemikiran/tindakan tertentu yang berbeda dari kebiasaan, ada setidaknya tiga hal yang dapat dilakukan.

H.1.1 Ubah lingkungan yang tidak kondusif/mendukung agar menjadi lebih baik dan sesuai/cocok.

H.1.2 Tinggalkan lingkungan yang tidak kondusif/mendukung dan temukan lingkungan yang lebih sesuai/cocok.

H.1.3 Terima lingkungan yang tidak kondusif/mendukung dan sesuaikan diri.

Itulah delapan penyebab ketidakbahagiaan yang diuraikan oleh Bertrand Russell dalam bukunya The Conquest of Happiness (1930), dari (1) ketiadaan makna, (2) kompetisi yang tidak tepat, (3) bosan, (4) lelah, (5) iri, (6) rasa berdosa, (7) paranoid, hingga (8) takut opini publik.

Nah, setelah membahas penyebab-penyebab ketidakbahagiaan, sekarang kita lanjut ke pembahasan mengenai apa aja penyebab kebahagiaan atau apa aja yang dapat menciptakan/menimbulkan/memicu perasaan bahagia.

Well, kita mulai dengan pernyataan berikut:

(I) Semua orang dapat bahagia.

(II) Terlepas dari apapun tingkat pendidikan, tingkat kecerdasan, tingkat keterampilan/keahlian, tingkat kesehatan, jenis kelamin, pekerjaan/profesi, ras/suku, keyakinan, tingkat kekayaan, lokasi tempat tinggal, dst, setiap orang, tanpa terkecuali, dapat merasakan kebahagiaan.

(III) Ada enam penyebab kebahagiaan yang dijabarkan oleh Bertrand Russell, yaitu (a) antusiasme hidup, (b) cinta dan kasih sayang, © keluarga, (d) pekerjaan, (e) ketertarikan kepada sesuatu yang bukan berkaitan dengan individu, dan (f) keseimbangan antara usaha dan kepasrahan.

(IV) Untuk meningkatkan peluang kita bahagia, salah satu upayanya adalah dengan mengembangkan minat/ketertarikan kita sebanyak dan seluas mungkin, biarkan keluasan minat/ketertarikan kita terhadap apapun (terhadap orang, benda, hal abstrak, dll) terbuka lebar untuk kita jelajahi.

(V) Semakin banyak dan semakin luas minat/ketertarikan kita terhadap hal apapun di dunia ini, zest (gairah/semangat/antusiasme hidup) kita pun juga akan semakin besar, dan dampaknya adalah peluang/kesempatan kita untuk dapat bahagia saat mengisi kehidupan menjadi semakin besar.

(VI) Perlu ada batasan dalam memenuhi minat/ketertarikan kita: jangan sampai mengganggu/merusak/membahayakan
• kesehatan, keamanan, dan keselamatan diri kita dan orang lain;
• tanggungjawab/kewajiban sosial kita; dan
• hubungan interpersonal kita dengan orang yang kita cinta.

(VII) Pandangan terkait dunia (worldviews), etika (pandangan terkait baik dan buruk), dan kebiasaan hidup yang tidak tepat dapat merusak zest (gairah/antusiasme hidup) seseorang dan membuatnya tidak bahagia. That’s why penting untuk menyelidiki tiga hal ini dan memperbaikinya.

Tambahan 1: Kebahagiaan dan antusiasme hidup dapat kita rasakan, terlepas dari apakah kita memiliki tujuan hidup atau tidak, dan terlepas dari apakah arah hidup kita jelas atau tidak, karena tujuan dan kejelasan arah hidup bukanlah keharusan agar bahagia.

Tujuan hidup dan kejelasan arah hidup itu penting, namun keduanya bukanlah keharusan agar seseorang bahagia.

Ada banyak hal yang dapat membuat kita bahagia selain memiliki tujuan hidup dan kejelasan arah dalam menjalani kehidupan, misal seperti: menikmati kegiatan dan pekerjaan kita sehari-hari yang membuat kita senang, menikmati hobi, menikmati keindahan alam, menikmati musik, dll.

Menikmati kesenian, menikmati petualangan ke tempat baru yang belum pernah dikunjungi, menikmati rasa cinta terhadap sesuatu/seseorang, menikmati kegiatan bersama orang yang kita sayang, menikmati makanan kesukaan, dan banyak kenikmatan lain yang dapat menjadi sumber kebahagiaan.

Tambahan 2: Kebahagiaan dan antusiasme hidup dapat kita rasakan, terlepas dari apakah kita telah berhasil atau gagal dalam meraih suatu tujuan yang ingin kita capai. Berhasil maupun gagal dalam menggapai sesuatu yang kita tuju, kita tetap dapat bahagia.

Keberhasilan menggapai sesuatu yang kita tuju memang dapat membuat kita bahagia, begitu juga jika kita gagal.

Tambahan 3: Kebahagiaan dapat kita rasakan, terlepas dari apakah diri kita sedang mengalami kebosanan/kejenuhan (merasa kekurangan/kehilangan minat untuk melanjutkan sesuatu yang sedang dikerjakan) atau saat kita sedang bersemangat/antusias.

Kita tetap dapat bahagia walaupun diri kita sedang jenuh/bosan (merasa kekurangan/kehilangan minat untuk melanjutkan sesuatu yang sedang dikerjakan). Bahagia tetap dapat kita rasakan terlepas dari apakah kita sedang mengalami kebosanan/kejenuhan atau sedang bersemangat/antusias.

--

--

Hafizhurrahman

For internalizing, consolidating, and strengthening comprehension of certain knowledge and integrating and organizing them in a sequential and systematic way.